Kata coklat berasal dari xocoatl ( Aztec ) yang berarti minuman pahit. Dalam perkembangannya coklat tidak hanya menjadi minuman tetapi juga menjadi snack yang disukai anak-anak, remaja, maupun orang dewasa. Produk coklat cukup beraneka ragam. Misalnya, ada coklat susu yang merupakan adonan coklat manis, cocoa butter, gula dan susu. Selain itu ada pula coklat pahit yang merupakan coklat alami dan mengandung 43% padatan coklat. Coklat jenis ini bisa ditemukan pada beberapa produk coklat batangan. Kandungan gizi coklat bisa dilihat pada tabel dibawah.
Zat Gizi
|
Coklat Susu
|
Coklat Pahit
|
Energi (Kal)
|
381
|
504
|
Protein (g)
|
9
|
5,5
|
Lemak (g)
|
35,9
|
52,9
|
Kalsium (mg)
|
200
|
98
|
Fosfor (mg)
|
200
|
446
|
Vit A (SI)
|
30
|
60
|
Sumber : kolom.pacific.net.id
Penelitian mengenai coklat telah lama dilakukan, satu diantaranya yaitu studi epidemiologis yang telah dilakukan pada mahasiswa Universitas Harvard yang terdaftar antara tahun 1916-1950. Dengan menggunakan food frequency questionnaire berhasil dikumpulkan informasi tentang kebiasaan makan coklat pada mahasiswa Universitas Harvard. Diduga antioksidan fenol yang terkandung dalam coklat adalah baik untuk kesehatan jantung. Coklat mempunyai kemampuan untuk menghambat oksidasi kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, sehingga dapat mencegah risiko penyakit jantung koroner dan kanker. Dalam penelitian yang melibatkan manusia tersebut, ditemukan bahwa konsumsi lemak coklat menghasilkan kolesterol total dan kolesterol LDL yang lebih rendah dibandingkan konsumsi mentega ataupun lemak hewani. Kandungan stearat yang tinggi pada coklat disinyalir menjadi penyebab mengapa lemak coklat tidak seburuk lemak hewan. Telah sejak lama diketahui bahwa stearat adalah asam lemak netral yang tidak akan memicu kolesterol darah. Sepertiga lemak yang terdapat dalam coklat adalah asam oleat yaitu asam lemak tak jenuh.
Penelitian lain yang memperkuat penjelasan dari penelitian Universitas Harvard adalah penelitian Universitas Linköping di Swedia (November, 2010). Penelitian ini telah menunjukkan bahwa coklat memiliki efek perlindungan terhadap penyakit kardiovaskuler. Penelitian ini dilakukan terhadap sebuah kelompok relawan yang tidak diijinkan merokok dan mengkonsumsi obat selama dua minggu yang diminta melahap sepotong coklat gelap. Selama dua hari terakhir mereka tidak boleh makan coklat atau apa pun yang mengandung senyawa yang serupa, termasuk berbagai jenis buah dan buah-buahan, dan tidak pula mereka minum kopi, teh, atau anggur. Dari perilaku ini diketahui bahwa kandungan di dalam coklat tersebut dapat menghambat enzim dalam tubuh mereka yang dapat meningkatkan tekanan darah. Temuan ini diterbitkan dalam Jurnal Jantung Farmakologi, yang diungkapkan oleh sekelompok peneliti obat dipimpin oleh Ingrid Persson. “Kami sebelumnya telah menunjukkan bahwa teh hijau dapat menghambat ACE enzim, yang terlibat dalam keseimbangan cairan tubuh dan pengaturan tekanan darah. Sekarang kita ingin mengetahui pengaruh coklat karena di dalamnya terdapat zat aktif catechin dan procyanidines”, ujar Ingrid Persson. Meskipun Ingrid Persson adalah peneliti obat, objek studinya tidak untuk merancang obat-obatan baru. ” Temuan kami menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup dengan bantuan makanan yang mengandung konsentrasi besar catechin dan procyaninides dapat mencegah penyakit kardiovaskuler,” katanya. Catechin adalah antioksidan kuat yang terkandung dalam coklat. Salah satu fungsi antioksidan adalah mencegah penuaan dini yang bisa terjadi karena polusi ataupun radiasi. Catechin juga dijumpai pada teh meski jumlahnya tidak setinggi pada coklat.
Penelitian lain yang dilansir dalam jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh American Chemical Society ( Februari, 2011 ), Midori Natsume, Ph.D., dan rekannya menunjukkan bahwa coklat, atau kandungan utama dalam coklat, tampaknya mengurangi risiko penyakit jantung dengan meningkatkan tingkat HDL (kolesterol baik) dan menurunkan tingkat LDL (kolesterol jahat). Para ilmuwan menganalisis pengaruh polifenol coklat pada kolesterol menggunakan kultur hati manusia dan sel-sel usus. Mereka berfokus pada produksi apolipoprotein A1 (ApoA1), protein yang merupakan komponen utama dari HDL, dan apolipoprotein B (apoB), komponen utama LDL. Ternyata bahwa polifenol coklat meningkatkan tingkat ApoA1 dan menurukan tingkat apoB baik di hati dan usus. Selanjutnya, para ilmuwan menemukan bahwa polyphenol tampaknya bekerja dengan meningkatkan aktivitas yang disebut protein unsur pengatur yang mengikat sterol ( Singkatan dari bahasa inggris juga ditulis disini – SREBPs ). SREBPs menempel pada DNA materi genetik dan mengaktifkan gen yang meningkatkan tingkat ApoA1 yaitu meningkatkan HDL Para ilmuwan juga menemukan bahwa polifenol tampaknya meningkatkan aktivitas reseptor LDL, protein yang membantu menurunkan LDL.
Selama ini ada pandangan bahwa coklat menyebabkan caries pada gigi dan juga menjadi penyebab terhadap munculnya masalah kegemukan. Tak dapat disangkal lagi bahwa kegemukan adalah salah satu faktor risiko berbagai penyakit degeneratif. Tetapi studi di Universitas Harvard ini menunjukkan bahwa jika Anda mengimbangi konsumsi permen coklat dengan aktivitas fisik yang cukup dan makan dengan menu seimbang, maka dampak negatif coklat tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Makan coklat tidak akan menimbulkan kecanduan, tetapi bagi sebagian orang rasa coklat yang enak mungkin menyebabkan kerinduan untuk mengkonsumsinya kembali. Ini yang disebut chocolate craving. Dampak coklat terhadap perilaku dan suasana hati (mood) terkait erat dengan chocolate craving. Rindu coklat bisa karena aromanya, teksturnya, manis-pahitnya dan sebagainya. Hal ini juga sering dikaitkan dengan kandungan phenylethylamine yang adalah suatu substansi mirip amphetanine yang dapat meningkatkan serapan triptofan ke dalam otak yang kemudian pada gilirannya menghasilkan dopamine. Dampak dopamine adalah muncul perasaan senang dan perbaikan suasana hati. Phenylethylamine juga dianggap mempunyai khasiat aphrodisiac yang memunculkan perasaan seperti orang sedang jatuh cinta. Coklat juga mengandung theobromine dan kafein. Kedua substansi ini telah dikenal memberikan efek terjaga bagi yang mengkonsumsinya.
Dari sejumlah manfaat di atas, tentu saja ada yang perlu diwaspadai, khususnya bagi orang-orang yang rentan menderita batu ginjal. Konsumsi 100 g coklat akan meningkatkan ekskresi oksalat dan kalsium tiga kali lipat. Oksalat ( Oxalate ) adalah sampah metabolisme makanan yang 40%-50% diantaranya berasal dari coklat. Meskipun kadar oksalat dalam darah sangat tinggi, kemampuan tubuh membuang oksalat melalui ginjal ( urine ) sangat terbatas. Ketika penderita penyakit ginjal makan coklat, sampah oksalat tidak dapat dibuang semuanya, sehingga terjadi penumpukan dan pembentukan kristal kalsium oksalat. Oleh karena itu kiat sehat yang bisa dianjurkan adalah minumlah banyak air sehabis makan coklat.
Jadi bagi anda yang hendak menghadiahi coklat kepada pasangan anda pada Valentine’s day anda tidak perlu ragu karena coklat memiliki manfaat bagi kesehatan jantung pasangan anda, namun sebelumnya anda perlu memastikan bahwa pasangan anda tidak memiliki riwayat penyakit ginjal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar